Konsep dasar ventilasi mekanik
A. Pengertian
1.
Ventilasi mekanik dengan
alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas
pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui
jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik
merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
2.
Ventilasi mekanik adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah
suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (
Brunner dan Suddarth, 2002).
3.
Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah
suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau
menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan
ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara
dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang
Setiyohadi, 2006)
B. Tujuan pemasangan
ventilasi mekanik
1.
Mengurangi kerja pernapasan
2.
Meningkatkan tingkat kenyamanan
pasien
3.
Pemberian MV yang akurat
4.
Mengatasi ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
5.
Menjamin hantaran O2
ke jaringan adekuat
C.
Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik
1.
Pasien dengan gagal nafas.
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu)
maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan
indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan
ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres
pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya
dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan
otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2.
Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan
pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan
kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja
nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian
ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban
kerja jantung juga berkurang.
3.
Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang
juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi
untuk menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi
pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4.
Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan
penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini.
Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative
sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.
D. Klasifikasi
1.
Ventilasi mekanik
diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua
kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a)
Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan
negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama
inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang
berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Saat ini sudah
jarang di pergunakan lagi karena tidak bias melawan resistensi dan conplience
paru, disamping itu ventla tor tekanan
negative ini digunakan pada awal – awal penggunaan ventilator.
b)
Ventilator Tekanan Positif
Ventilator
tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif
pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama
inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau
trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit
paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan
bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
2. Berdasarkan
mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi menjadi
empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow Cycle.
1) Volume Cycled Ventilator.
Volume
cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di ruangan unit
perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan
volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume
yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten. Jenis ventilator
ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan gangguan paru secara umum. Akan
tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan gangguan pernapasan yang
diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal ini
dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak
terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi
volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli
bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya volutrauma.
2) Pressure Cycled Ventilator
Perinsip
dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan.
Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan
pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume
udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya
tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan, sedangkan pada
pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas lapang paru
(atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
3) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan
waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal
ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
4) Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran
yang sudah diset.
D. Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik
Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat
bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
a)
Frekuensi napas lebih dari 35
kali per menit.
b)
Hasil analisa gas darah dengan
O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
c)
PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d)
AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya
lebih dari 350 mmHg.
e)
Vital capasity kurang dari 15
ml / kg BB.
E. Modus operasional ventilasi mekanik
Modus operasional ventilasi
mekanik terdiri dari :
a.
Controlled Ventilation
Ventilator
mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Pemberian volume dan frekuensi
pernapasan diambil alih oleh ventilator. Ventilator tipe ini meningkatkan kerja
pernafasan klien.
b.
Assist/Control
Ventilator
jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien
gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur
berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan
pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c.
Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV
dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu
lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya
tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal
volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
d. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Pada mode ini
mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah
bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah
atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari
ventilator.
E. Setting ventilator
Untuk
menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
a.
Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan
yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa
adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR
yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya
diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
b.
Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang
dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting
antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis
kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15
cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm
tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring
volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.
c.
Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen
dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya
berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator
direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya,
15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa
gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan
penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d.
Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus
Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan
:
1)
Waktu inspirasi merupakan waktu
yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan.
2)
Waktu istirahat merupakan
periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3)
Waktu ekspirasi merupakan waktu
yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan
4)
Rasio inspirasi : ekspirasi
biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan
ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih
lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e.
Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur
jumlah tekanan dari ventilator volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan barotrauma.
f.
Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator
dalam memberikan volume tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya.
g.
Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan
seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai
ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20
cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin
tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan
pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk
memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O.
Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat
pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien
yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h.
Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung
hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah.
Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator
terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya
peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting,
dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah
diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
i.
Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan
tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan
kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan
O2 oleh kapiler paru.
F. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien,
tapi bila perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
- Pada paru
a.
Baro trauma: tension
pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b.
Atelektasis/kolaps alveoli
diffuse
c.
Infeksi paru
d.
Keracunan oksigen
e.
Jalan nafas buatan: king-king
(tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f.
Aspirasi cairan lambung
g.
Tidak berfungsinya penggunaan
ventilator
h.
Kerusakan jalan nafas bagian
atas
2. Pada sistem
kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan
menurunnya aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a.
Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal
akibat dari hiperventilasi.
b.
Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat
dari hipoventilasi.
c.
Peningkatan tekanan intra
kranial
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem
gastrointestinal
a. Distensi lambung, illeus
b.Perdarahan lambung
5.
Gangguan lainnya
a.
Obstruksi jalan nafas
b.
Hipertensi
c.
Tension pneumotoraks
d.
Atelektase
e.
Infeksi pulmonal
f.
Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g.
Gastrointestinal.
h.
Kelainan fungsi ginjal
i.
Kelainan fungsi susunan saraf pusat
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI
MEKANIK
A. Pengkajian
1. pengkajian persistem
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien
dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal
berikut :
·
Biodata klien
·
Riwayat penyakit atau riwayat
keperawatan
·
Tanda-tanda vital
·
Bukti adanya hipoksia
·
Frekuensi dan pola pernafasan
·
Volume tidal, ventilasi
semenit, kapasitas vital kuat
·
Kebutuhan pengisapan
·
Upaya ventilasi spontan klien
·
Pemerikasaan system respirasi
a)
Gerakan napas sesuai dengan
irama ventilator.
b)
Keadaan ekspansi dada kanan dan
kiri.
c)
Suara napas : Ronchi, wheezing,
vesikuler
d)
Gerakan cuping hidung, dan
penggunaaan otot bantu tambahan
e)
Secret : jumlah, konsistensi,
warna, bau
f)
Humidifier, kehangtan, dan
batas air
g)
Keadaan tubbing/ circutit
ventilator
h)
Hasil analisa gas darah
terakhir, SPO2
i)
Hasil poto torax terakhir.
·
Sistem kardivaskuler
a)
Perfusi (sianosis)
b)
Berkeringat banyak
c)
Gangguan irama jantung
d)
Perubahan tanda vital
e)
Gangguan hemodinamik yang
diakibatkan :
Setting ventilator dan hipoksia
·
Sistem neurologi
a)
Tingkat kesadaran
b)
Nyeri kepala
c)
Rasa ngantuk
d)
Gelisah
e)
Kekacauan mental
·
Sistem urogenital
a)
Penurunan produksi urine
(berkurangnya urine menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
·
Status cairan dan nutrisi
a.)
Adanya gangguan statrus nutrisi
dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan yang berlebihan dan albumin
yang rendah akan memperberat oedema paru.
·
Status psikososial
a)
Depresi mental yang
dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa terisolasi,
kecemasan dan ketakutan akan kematian.
2. Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat
harus memperhatikan hal-hal berikut :
·
Jenis ventilator
·
Cara pengendalain (Controlled, Assist Control,
dll)
·
Pengaturan volume tidal dan frekunsi
·
Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang
diinspirasi)
·
Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan
tekanan.
·
Adanya air dalam selang,terlepas sambungan
atau terlipatnya selang.
3.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan
ventilasi mekanik yaitu :
Ø
Pemeriksaan fungsi paru
Ø
Analisa gas darah arteri
Ø
Kapasitas vital paru
Ø
Kapasitas vital kuat
Ø
Volume tidal
Ø
Inspirasi negative kuat
Ø
Ventilasi semenit
Ø
Tekanan inspirasi
Ø
Volume ekspirasi kuat
Ø
Aliran-volume
Ø
Sinar X dada
Ø
Status nutrisi / elaktrolit.
1. Diagnosa Keperawatan
1)
Tidak efektifnya bersihan
jalan napas berhubungan dengan intubasi, ventilasi, proses penyakit, dan
kelelahan
Tujuan :
Jalan napas pasien terpelihara baik
Intervensi :
Ø Auskultasi sura napas setiap 2-4 jam
Ø Lakukan suction apabila terdapat secret
Ø Pantau humidifier ventilator dan temperature (950-1000
F)
Ø Pantau status hidrasi pada pasien
Ø Pantau tekanan jalan napas pada ventilator
Ø Lakukan fisioterapi dada, ubah posisi pasien setiap 2-4 jam
Ø Berikan bronchodilator (kolaborasi dengan dokter)
2)
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan pengembangan paru yang belum efektif
Tujuan :
Ø PaO2 = 80 - 100 mmHg
Ø PaCO2 dalam batas normal
Ø PH darah arteri dalam batas normal
Intervensi :
Ø
Periksa analisa gas darah 10-30
menit setelah perubahan modus ventilator
Ø
Pantau analisa gas darah selama
proses penyapihan
Ø
Observasi posisi pasien yang
mengakibatkan penurunan PaO2 atau pernapasan tidak nyaman
Ø
Pantau tanda dan gejala
hipoksia dan hiperkapnia
3)
Gangguan pola napas
berhubungan dengan gangguan ventilasi atau sumbatan pada ETT
Tujuan :
Ø Ventilator berfungsi baik
Ø Sumbatan pada ETT tidak ada
Intervensi :
Ø Periksa ventilator setiap 2 jam
Ø Evaluasi semua fungsi alarm dan pastikan sebelum pemakaian
Ø Pastikan bahwa resuscitator secara manual selalu tersedia disamping
tempat tidur
Ø Lakukan pemantauan untuk mengetahui bahwa tidak ada sambungan selang
yang terlepas, tertekuk, dan tersumbat
Ø Evaluasi kebocoran balon ETT
Ø Pasang guedel untuk mencegah pasien menggigit ETT
Ø Kaji fiksasi ETT, suara paru kiri dan kanan
Ø Atur pasien pada posisi yang nyaman sehingga ETT tidak menganggu
Ø Jelaskan pada pasien untuk tidak mencabut ETT, jika pasien
orientasinya tidak bagus dapat diberikan ikatan pada tangannya
Ø Kaji letak ETT yang tepat pada photo rontgen dan auskultasi bunyi
paru
4)
Ketidakmampuan mempertahankan
ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan, ARDS, gangguan metabolik
Tujuan:
Setelah intervensi keperawatan pasien mampu memperthankan ventilasi
spontan dengan Kriteria hasil :
Ø
RR = 12-16 x/ menit
Ø
Tidal volume cukup
Ø
Tidak mengguanakan otot bantu
napas
Ø
Tidak ada sianosis
Ø
Saturasi O2 95-100%
Intervensi :
Ø
Monitor otot-otot pernapasan
Ø
Set dan aplikasikan mesin
ventilator
Ø
Jelaskan pada pasien atau
keluarga alasan penggunaan mesin ventilator
Ø
Monitor setting ventilator
secara kontinyu
Ø
Pastikan system alarm dalam
kondisi “ON”
Ø
Cek keberadaan
konektor-konektor
Ø
Jaga humidifikasi
Ø
Monitor saturasi oksigen
Ø
Monitor tanda-tanda sianotik
Ø
Monitor AGD
Ø
Observasi efek penggunaan mesin
ventilator
5)
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan edema paru, ARDS
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatn, pertukaran gas optimal dengan
Kriteria hasil :
Ø
RR= 12-16 x/menit
Ø
PaO2 = 95-100%
Ø
PCO2= 35-45 mmHg
Ø
Tidak sianosis
Ø
Ventilasi alveolar meningkat
Intervensi :
Ø
Manajemen airway
Ø
Manajemen cairan
Ø
Ventilasi mekanik
Ø
Manajemen asam basa
Ø
Monitor respirasi
Ø
Kolaborasi antibiotic
6)
Nyeri akut berhubungan
dengan agent injury fisik
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan nyeri hilang atau berkurang dengan
Kriteria hasil :
Ø
Melaporkan penurunan rasa nyeri
atau ketidaknyamanan
Ø
Mampu mengidentifikasi
cara-cara untuk mengatasi nyeri
Ø
Mendemonstrasikan penggunaan
keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai dengan kebutuhan individu
Ø
Tanda-tanda vital dalam batas
normal
Intervensi :
Manajemen nyeri :
Ø
Kaji adanya nyeri, bantu pasien
menidentifikasi tingkat nyeri
Ø
Evaluasi peningkatan
iritabilitas, tegangan otot, gelisah, dan pantau perubahan tanda-tanda vital.
Ø
Berikan tindakan peningkatan
rasa nyaman dengan perubahan posisi, massage, kompres hangat/ dingin sesuai
toleransi pasien
Ø
Dorong penggunaan teknik
relaksasi atau latihan napas dalam bila mungkin
Kolaborasi pembertian analgetik :
Ø
Identifikasi nyeri sebelum
pengobatan
Ø
Cek riwayat alergi
Ø
Tentukan pilihan analgetik
secara tepat berdasarkan keparahan nyeri
Ø
Monitor tanda vital sebelum dan
setelah pengobatan
Ø
Berikan obat dengan prinsip 5
benar
Ø
Monitor reaksi dan efek samping
obat
Ø
Dokumentasikan
7)
Cemas berhubungan dengan
penyakit kritis, takut tehadap ancaman kematian
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan cemas dapat berkurang atau hilang
dengan Kriteria hasil :
Ø
Mampu mengekspresikan kecemasan
Ø
Tidak gelisah
Ø
Kooperatif
Intervensi :
Ø
Lakukan komunikasi terapeutik
Ø
Dorong pasien agar mampu
mengekespresikan perasaanya
Ø
Berikan sentuhan
Ø
Berikan support mental
Ø
Berikan kesempatan kunjungan
keluarga pada saat-saat tertentu
Ø
Berikan informasi realistis
pada tingkatan pemahaman klien
8)
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan terpasang alat intubasi
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan Pasien mampu mempertahankan
komunikasi non verbal menggunakan metode al;ternatif dengan Kriteria hasil :
Ø
Mampu berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat
Ø
Mampu berkomunikasi secara
tertulis
Ø
Mampu berkomunikasi dengan
gambar
Ø
Pasien mengerti tentang pesan
yang disampaikan
Ø
Dapat menangkap pesan secara
langsung
Intervensi :
Ø
Sediakan metode komunikasi
alternative
Ø
Libatkan keluarga bila mungkin
Ø
Lakukan komunikasi dengan
lambat dan suara yang jelas
Ø
Gunakan kalimat yang singkat
Ø
Berikan support system untuk
mengatasi ketidakmampuan
Ø
Berikan reinforcemen positif
pada pasien dan yakinkan bahwa suara akan kembali bila alat dilepas
9)
Resiko infeksi berhubungan
dengan pemasangan alat-alat invasive
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan infeksi atau tanda-tanda infeksi
tidak terjadi dengan Kriteria hasil :
Ø
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Ø
Tanda vital dalam batas normal
Ø
Hasil lab dalam batas normal
Intervensi :
Ø
Monitor tanda infeksi local dan
sistemik
Ø
Monitor kulit membran mukosa
Ø
Monitor nilai lab terutama
angka leukosit
Ø
Monitor tanda vital
Ø
Terapkan prinsip steril
Ø
Cuci tangan sebelum ke klien
10)
Resiko cedera berhubunmgan
dengan ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress.
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan Pasien bebas dari cidera selama
ventilasi mekanik dengan Kriteria hasil :
Ø
Tidak terjadi iritasi pada
hidung maupun jalan napas
Ø
Tidak terjadi barotrauma
Ø
Babas dari jatuh
Ø
Bebas dari abrasi, laserasi
kulit
Intervensi :
Ø
Monitor ventilator terhadap
peningkatan secara tajam
Ø
Yakinkan napas pasien sesuai
dengan irama ventilator
Ø
Mencegah terjadinya fighting
kalau perlu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian sedasi
Ø
Observasi tanda dan gejala
barotrauma
Ø
Lakukan penghisapan lendir
dengan hati-hati dan gunakan kateter suction yang lunak dan ujungnya tidak
tajam
Ø
Lakukan fiksasi bila pasien
gelisah
Ø
Atur posisi selang/ tubing
ventilator dengan cepat
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku
saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,
EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J, (2001),
Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta
Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing
Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia
Suprihatin, Titin (2000), Bahan
Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I, Universitas Airlangga,
Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar